Jakarta:Wajah Bumi
yang ada sekarang jauh berbeda dibandingkan beribu tahun lampau. Bumi
telah tertutup oleh kombinasi raksasa benua-benua yang disebut
superkontinen. Pembentukannya terjadi berkali-kali di masa lalu, dan
diperkirakan bakal kembali terjadi di masa mendatang.
Para
peneliti menyatakan superkontinen yang bakal terbentuk selanjutnya
bernama Amasia. Superkontinen Amasia terbentuk ketika benua Amerika dan
Asia bergeser ke arah utara dan bergabung menutupi Samudera Artik.
Superkontinen adalah daratan raksasa yang terdiri dari lebih dari satu
inti benua. Superkontinen yang paling dikenal bernama Pangaea, pernah
menjadi satu-satunya benua di Bumi sekaligus nenek moyang benua-benua
yang ada saat ini. Dinosaurus muncul di permukaan Bumi diperkirakan
ketika zaman Pangaea.
Model konvensional tentang pembentukan
superkontinen dibagi menjadi tiga. Pertama, superkontinen terbentuk di
atas superkontinen yang ada sebelumnya, dikenal sebagai proses
introversi. Jika yang terjadi adalah proses sebaliknya, maka disebut
ekstroversi. Adapula proses pembentukan yang disebut orthoversi.
Berdasarkan model ini para peneliti memperkirakan superkontinen Amasia
akan terbentuk sebagaimana dulu pada Pangaea. Prosesnya kemungkinan ada
dua, yakni benua Amerika dan Asia bergabung dan menutup Samudera
Atlantik, atau kedua benua akan bergabung dan menutup Samudera Pasifik.
Kini, para pakar geologi menunjukkan bahwa Amasia mungkin muncul
menyamping dari lokasi Pangaea dulu pernah ada, yang sekarang disebut
Kutub Utara, melalui proses orthoversi. "Model baru ini tampaknya
konsisten dengan model yang menunjukkan bagaimana superkontinen di masa
lalu terbentuk," kata Ross Mitchell, pakar geologi dari Yale University,
Amerika Serikat.
Model orthoversi yang digunakan Mitchell dan
koleganya mendasarkan pergerakan benua menuju lokasi tepi superkontinen
terdahulu. Misalnya, ketika Pangaea pecah, bagian tepinya masuk ke dalam
Bumi atau terjadi subduksi. Zona-zona subduksi, yang kini mengelilingi
Samudera Pasifik dan dikenal sebagai Cincin Api, yakni lokasi terjadinya
banyak gempa bumi dan letusan gunung berapi pada saat ini.
Model orthoversi menyebutkan bahwa zona-zona subduksi mengelilingi
bagian-bagian yang kelak membentuk superkontinen. Benua-benua modern
akan bergeser baik ke arah utara atau selatan di sekitar Cincin Api.
Karena kemunculan Laut Karibia di antara Amerika Utara dan Selatan serta
Samudera Artik di antara benua Amerika dan Asia, para peneliti
memprediksi benua Amerika dan Asia akan bergeser ke arah utara, bukan ke
selatan, dan bertemu di Kutub Utara membentuk superkontinen Amasia.
Untuk melihat model mana yang bakal membentuk superkontinen Amasia,
para peneliti mencoba melihat model terbaik yang membentuk superkontinen
di masa lalu. Ini termasuk untuk Pangaea dan Rodinia, yang terbentuk
antara 750 juta sampai 1,1 miliar tahun lalu, serta Nuna, yang terbentuk
antara 1,5 juta sampai 1,8 juta tahun lalu.
Temuan ini
membantu para peneliti lebih memahami sejarah kehidupan di Bumi, dengan
mencari tahu lokasi benua-benua pada masa lalu serta bagaimana organisme
awal tersebar. "Benua-benua dengan catatan fosil yang sama kemungkinan
saling berbagi leluhur karena dulunya saling terhubung," kata Mitchell.
Lalu, kapan kira-kira superkontinen Amasia bakal terbentuk? Mitchell
mengaku sulit menjawab tahun persisnya, karena siklus benua tidak bisa
disamakan dengan siklus musim. Namun, berpatokan dari sejarah Pangaea
yang terbentuk sekitar 300 juta tahun lalu, kemunculan Amasia dapat
diperkirakan.
"Kita bisa memprediksi kisaran pembentukan Amasia
dimulai dari 50 sampai 200 juta tahun dari sekarang," kata Mitchell.
Penelitian Mitchell dan koleganya diterbitkan dalam jurnal Nature.